Jumat, 10 Agustus 2012

Konsep khotbah Idul Fitri


Khutbah Idul Fitri

MEMBANGUN INDONESIA BARU
DENGAN KEMBALI KEPADA FITHRAH
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا
لااله إلا الله وحـده ,صد ق وعـده ,ونصرعـبده، واعزجـنـد
و هزم الأحزاب وحـده
لااله الاالله ولانعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون ولو كره المشركون ولو كره المنافقون
لااله الاالله و الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

الحمد لله الذى انعم علينا وهدانا الى دين الأ سلام و جعل رمضان شهرا مباركا ورحمة للناس واشكرونعمة الله ان كنتم اياه تعبدون و لعلكم تتقون.
اشـهـد ان لااله الاالله وحده لاشريك له واشـهـد ان محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيد المرسلين وعلى آله وصحبه اجمعين.
فيا ايها المؤمنون والمؤمنات:أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازالمتقون واتقوا الله حق تـقاته ولاتموتن إلاوانتم مسلمون

Maha Besar Allah, kepada-Nya segala makhluk tunduk dan bersimpuh! Kepada-Nya kita menyembah. Kepada-Nya kita meminta, Kepada-Nya kita mengarahkan dzikir dan do’a.Ditangan-Nya segala kekuasaan. Dia menebar rahmat, dan Dia pula pelimpah ‘adzab.Saat ini kita kumandangkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil menyambut datangya ‘Iedul Fithri setelah sebulan berpuasa yang mengantarkan kita ke gerbang fithrah!Allahu Akbar.

‘Iedul Fithri adalah hari raya Agung Ummat Islam, setelah ‘Iedul Adha dan hari Jum’at. Keagungan hari raya ‘Iedul Fithri antara lain pada kedalaman kandungan makna Fithrah.

Fithrah dalam arti kembali pada kemurnian agama (H.R. Muttafaqun Alaihi dari Abu Hurairah). Kembali pada kesucian. Kesucian hati dan jiwa (tadzkiyah nufus), kesucian pikiran (tadzkiyatul fikrah). Fithrah dalam pengertian sunatullah: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fithrah Allah yang telah menciptkan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum ayat 30)

Dan fithrah dalam pengertian kembali berbuka (ifthar), setelah sebulan penuh menempa diri lewat madrasah Ramadhan.

Alangkah baiknya bila ‘Iedul Fithri dijadikan sebagai momentum bagi mempererat ukhuwwah dengan memperbanyak silaturrahim, saling menziarahi seraya mengucapkan: “Taqabbolallahu minna wa minkum”. Saling memaafkan dan saling mengasihi. Akhirnya kembali kepada fithrah dalam arti seutuhnya mengandung makna kembali kepada tuntunan Allah; kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah!

Ramadhan dengan seluruh ‘amaliyah ramadhan, sejak berpuasa, qiyamullail, tilawatil qur’an, infaq, shadaqah, dsbnya menuju terbentuknya jati diri ummat yang merelakan hidupnya di bawah naungannya al-Qur’an, di bawah bayang-bayangnya firman Allah: Al hayat fi zhilalil qur’an!

Ramadhan mengantarkan kita untuk committed terhadap nilai-nilai Islam, terhadap al-Qur’an.
Kini sejauh mana ummat ini committed terhadap al-Qur’an?

Diantara manusia yang mengaku Islam, Allah memberikan konstalasi tentang sikap mereka terhadap wahyu, sikap mereka terhadap Al-Qur’an, sikap mereka terhadap Allah !
Ada manusia yang tergolong mengimani isi Al-Qur’an (namun hanya sebagian) dan bersikap ingkar (kufur) terhadap bagian (isi) Al-Qur’an lainnya. Mereka mau menerima Al-Qur’an sebatas urusan ukhrawi mereka (sebatas hubungan mereka dengan Allah), tetapi menolak Al-Qur’an dalam membimbing kehidupan duniawi mereka, kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, hubungan antar manusia, dan sebagainya).

Mereka melakukan dikotomi terhadap nilai-nilai Al-Qur’an.
Dalam nada bertanya Allah berfirman:

أفتؤمنون ببعض الكتاب وتكفرون ببعض

“Adakah engkau iman kepada sebagian isi kitab (Al-Qur’an) dan bersikap kufur terhadap sebagiannya lagi?” (Al-Baqarah: 85)

Ada lagi golongan yang disitir Allah dalam surah Al-Hajj ayat 11:
ومن النّاس من يعبدالله على حرف

“Diantara manusia ada yang menyembah Allah (beragama) di tepi-tepinya saja (menurut kepentingan hidupnya)”. (Al-Hajj: 11).
Bahkan diawal surah Al-Baqarah Allah mengkonstatir adanya manusia yang mengaku beriman sesungguhnya mereka itu tidak beriman. Bekas iman tidak tereflesikan dalam prilaku, amal perbuatan sehari-hari, tidak dalam pola fikir, tidak dalam mencari rezeki, tidak dalam system moral, tidak dalam way of life.

ومن النّاس من يقول, آمنّا باالله وبا اليوم الأخروماهم بمؤمنين

“Diantara manusia ada yang berkata: Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”. (Al-Baqarah: 8)

Allah Swt. menuruh setiap hamba yang mengaku beriman agar memeluk Islam secara totalitas, mencakup seluruh hidup dan kehidupan kita dengan shibghah Allah, corak Ilahi, mengamalkan al-Islam dalam seluruh doktrinnya sebagaimana firman Allah:

يآ ايّها الذين آمنوا اد خلوا في السّلم كا فّة ولاتتّبعوا خطوات الشّيطان إنّه لكم عدوّ مبين.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah: 208).

Prof. Dr. Khurshid Ahmad, ulama dan cendekiawan muslim terkemuka dewasa ini dalam memberikan makna ayat tersebut dengan amat tepat.
“Islam bukanlah sebuah agama dalam pengertian umum yang salah itu. Islam bukanlah agama yang hanya menyangkut kehidupan pribadi manusia. Islam adalah cara hidup total yang menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia. Ajarannya merupakan petunjuk hidup yang menyangkut seluruh bidang kehidupan baik ekonomi maupun politik, baik hukum maupun budaya, baik nasional maupun internasional” (Khurshid Ahmad, Islam: Basic Principles and Characteristic).

Dalam pengertian inilah kita memasuki, memeluk dan menghayati, mempedomani dan mengamalkan Islam.

Kita bersyukur meskipun kita belum mampu melaksanakan nilai-nilai Islam secara totalitas, syari’at Islam telah diaplikasikan dalam berbagai perangkat hukum seperti: UU Perkawinan (UU No. 1 th. 1974, UU Wakaf, Undang-undang Peradilan Agama, UU Zakat, UU Haji dll. Selain itu diaplikasikan dalam bentuk ekonomi Syari’ah, Bank Syari’ah, Asuransi Syari’ah, Pengadaian Syari’ah, dan diberlakukannya Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam.

Amat disayangkan ketika terbuka peluang konstitusional yakni Sidang Tahunan MPR-RI (2001) pada saat Amandemen UUD ’45 berkenaan dengan pasal 29 Bab Agama elit politik muslim di MPR tidak kompak untuk memperjuangkan dilaksanakannya syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sekali lagi bagi pemeluk-pemeluknya. Inilah peluang konstitusional yang terbuka sejak akhir konstituante pada tahun 1959.
Kita kehilangan logika untuk memahami mengapa ada elit politisi muslim “yang menolak” pemberlakuan syari’at Islam bagi pemeluk pemeluknya? lebih-lebih apabila mengaitkan penolakan tersebut dengan Piagam Madinah terasa bagai panggung jauh dari api, tidak kene mengena.

Ada tiga hal penting dalam Piagam Madinah yakni : Daulah Islam; Syari’at Islam dan kepemimpinan Rasulullah. Terlindunginya hak-hak Yahudi dan Nasrani justru karena Rasulullah menerapkan Syari’at Islam. Atau adakah syari’at lain yang diterapkan Rasulullah di Madinah ?

Ketiga hal yang wujud di Madinah tidak kita miliki saat ini di negeri ini. Jadi menggunakan Piagam Madinah sebagai sebuah analogi terasa tidak tepat.

Kaum muslimin dan Muslimat Rahimakumullah!

Sebagai ummat pendukung da’wah, bahkan sebagai ummat Islam terbesar di seluruh dunia dan bagian dari mayoritas bangsa, kaum Muslimin Indonesia memikul tanggung jawab dan beban sejarah.

Kita bertanggung jawab terhadap kebangkitan kembali ummat di semua bidang kehidupan. Mengentaskan kemiskinan, mengembangkan potensi sosial-ekonomi ummat, mengejar ketertinggalan kita di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dengan dilandasi iman dan taqwa, membangun manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana didesign Allah dalam Al-Qur’an: Ummatan Wasatha’! Ummat yang berkesinambungan. Tidak semata-mata mendewa-dewakan materi atau mendewa-dewakan sains dan teknologi.

Seorang tokoh muslim (muallaf) Roger Garaudy yang juga cendekiawan terkemuka Prancis menyampaikan pandangannya mengoreksi konsepsi pembangunan Barat antara lain:
“Kesalahan terbesar dalam kebudayaan Barat adalah bahwa ia terlalu berpegang pada pembangunan materi. Development of production dianggap sebagai lambang satu-satunya bagi kemajuan dan kebahagiaan ummat manusia. Tetapi sesudah itu mau apa? Sesudah mobil-mobil, alat-alat mekanis dan komputer diproduksi secara besar-besaran dan terus meningkat, lalu mau apa? Sesudah bank-bank dibangun di mana-mana dan menghasilkan keuntungan yang berlimpah, lalu mau apa? Sesudah dibangun kota-kota, jalan-jalan dan pabrik-pabrik, lantas mau ke mana? Akan kemanakah kita sesudah itu semua? Manakah pembangunan di bidang nilai? Mental, akhlak, sikap dan kebahagiaan sejati? Mereka berusaha membangun kebudayaan tanpa iman dan tanpa Tuhan.

Hasil satu-satunya dari teori pembangunan yang sarat ini adalah bahwa dunia sekarang ini telah memiliki sarana-sarana yang telah siap untuk menghancurkan dirinya”.

Kita ungkapkan penilaian Roger Garaudy sebagai intelektual Perancis yang muallaf, yang setelah meneguk kehidupan Barat sepuas-puasnya, lalu memberikan penilaian kritis objektif terhadap kebudayaan Barat itu sendiri.Untuk apa kita ungkapkan penilaian Garaudy tersebut? Tidak lain untuk menghindarkan ummat dan bangsa kita dari kesalahan yang ditempuh negara-negara maju dengan modernismenya yang sekuler! Yang hampa dari nilai-nilai wahyu, hampa dari nilai-nilai rohaniah!

Ummat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini harus kembali memotivasi diri membangun kepekaan spiritual dengan firman-firman Allah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan memulai dari keluarga sebagai komunitas ummat terkecil hingga tercipta masyarakat Islami, masyarakat Qur’ani. Menjadikan keluarga sebagai starting point da’wah bersama jama’ah Islamiyah menjadi benteng da’wah, benteng akhlaq, benteng ‘aqidah menjadi kekuatan bangsa membangun peradaban dan kemanusiaan.

Untuk bangkit kembali menjadi bangsa yang bermartabat, memiliki harga diri dan jati diri, kita memerlukan pemimpin-pemimpin yang berakhlaq mulia, jujur, amanah, profesional dan memiliki komitmen yang teguh untuk menegakkan syari’at:
Tathbiqusysyari’ah! Wakil-wakil ummat Yang Hanya tunduk Pada Kehendak Allah!

Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimaatulullah

Tantangan da’wah kini semakin berat dan kompleks. Namun kita tidak boleh berhenti melaksanakan kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar. Gerakan Da’wah berada diantara dua kecenderungan yang sekilas seakan sama kuat: Kecenderungan transenden dan kecenderungan sekular.
Kecenderungan sekuler tampak dari bergesernya nilai-nilai (agama, adat istiadat, tradisi) yang selama ini menjadi acuan kearah nilai-nilai baru yang “serba boleh”, : primissivness, tampak dari gaya hidup serba longgar dari nilai-nilai agama (Islam). Implikasinya hampir meliputi semua bidang kehidupan: mulai dari mode (gaya berpakaian), musik, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, seni dan sebagainya. Kecenderungan transeden tampak dari gairah masyarakat untuk semakin religius. Kegiatan kajian-kajian agama (bahkan merambah ke hotel-hotel), kawasan industri, minat masyarakat mengenakan busana muslim/muslimah, kegiatan umrah, pesanatren kilat, bahkan ada yang tertarik memperdalam tasawwuf.

Abad ke XXI ditandai oleh pencapaian dibidang teknologi yang menakjubkan. Revolusi dibidang teknologi komunikasi telah melahirkan era baru: Era Globalisasi; sesuatu yang tak mungkin dielakkan dengan segala dampak positif dan negatif. Sebagai akibat dari pencapaian teknologi komunikasi itu ada sesuatu yang hilang dari kehidupan umat manusia, yakni jarak. Kita berada dalam apa yang disebut the global village, yang menjadikan dunia tanpa sekat.

Segi-segi positif dari Era Global ini ditandai oleh kemajuan dibidang teknologi komunikasi. Hal ini tentunya kita terima dan manfaatkan bahkan bisa menunjang kegiatan da’wah. Tetapi dampak buruk dari muatan yang dikandung dalam bentuk media cetak dan elektronik seperti : pornografi, adegan-adegan kekerasan, menciptakan realitas sosial yang amat buruk bagi perkembangan da’wah. Maraknya VCD porno, film, majalah, tabloid porno yang semakin mudah diperoleh termasuk akses ke internet yang mengumbar seks bebas dan pendorong kuat merebaaknya maksiat.

Dalam berita (running teks) stasiun TV diberitakan bahwa menurut AP (Associated Press) menyebutkan Indonesia menempati posisi ke 2 dalam masalah pornografi sesudah Swedia(?).

Dunia ketiga termasuk negeri-negeri muslim sedang mengalami apa yang disebut pakar komunikasi: penjajahan budaya. Melalui Media cetak/elektronik, budaya yang cenderung mengabaikan nilai-nilai agama meyerbu rumah tangga kaum muslimin. Akhirnya terjadi benturan budaya, benturan norma, benturan nilai. Apa yang dimasa lalu dipandang tabu kini tidak saja dipandang sesuatu yang biasa bahkan tidak jarang dianggap sebagai ciri-ciri modernitas atau ciri-ciri orang modern.

Kini masyarakat dilanda penyakit-penyakit sosial :
miras, judi, perzinahan, narkoba, pornografi, pornoaksi, penyimpangan seksual: homoseks, lesbianisme.
Pergaulan semakin bebas. Angka pengguguran kandungan (aborsi) mencapai dua juta jiwa pertahun.Surat kabar Suara Pembaharuan, Selasa 19 Juni 2001 mengangkat rangkaian lapaoran ekslusif dibawah judul : “Aborsi di Indonesia, Dua Juta Calon Manusia Dibunuh Tiap Tahun.”

Sebelum itu salah satu stasiun TV menayangkan wawancara Prof. DR. Azrul Azwar, pejabat tinggi Departemen Kesehatan, Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang menyatakan bahwa pengguguran kandungan sudah sangat mencemaskan. Beliau menyatakan 3 (tiga) juta jiwa aborsi setiap tahun tersebut 20 % pelaku aborsi adalah puteri-puteri remaja yang belum menikah.

Disisi lain upaya mencerdaskan bangsa merupakan amanah kemerdekaan. Namun setelah 60 tahun usia Republik ini masih ada sekitar 15,24 juta atau 10,21% penduduk usia 15 – 45 tahun yang tidak bisa baca tulis, di Jakarta saja sebagai Ibu Kota Republik, laporan resmi menyebutkan ada lebih dari 128.000 penduduk usia produktif yang buta huruf. Program PBH yang disponsori pemerintah hanya mampu memelekhurufkan 200.000 orang per tahun. Bila hal seperti ini terus menerus berjalan, perlu waktu 60 tahun lamanya untuk menuntaskan masalah buta huruf dan pendidikan dasar.

Dalam banyak hal Indonesia tertinggal jauh dibanding negara-negara ASEAN dan negara-negara yang sedang berkembang. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang dicapai Indonesia dibawah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Peringkat Indonesia saat ini dibayang-bayangi oleh Vietnam. Bahkan pada tahun 2002 dan 2003 posisi Indonesia berada dibawah Vietnam. Sejak 1975 pencapaian Indonesia berada jauh dibawah rata-rata Indeks Pembangunan Manusia di dunia maupun diantara negara Asia Pasifik. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia saat ini berada pada peringkat 111 dari 177 negara. Memang sesekali kita terhibur dikejutkan oleh keberhasilan beberapa remaja Indonesia yang menjuarai Olimpiade Sains. Namun kemampuan pelajar Indonesia dalam bidang matematika dan sains tergolong rendah. Untuk bidang matematika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas II di Indonesia berada pada perinagkat ke-34 dari 45 negara, sementara untuk bidang sains siswa Indonesia ada di urutan ke 36 dari 45 negara.
Demikian laporan yang diberikan oleh International Associativy for the Solution of Educational Achievement (IEA) berdasarkan hasil studi Trends in International Mathematic and Science Study (TIMMS) 2004. Untuk tingkat SD Indonesia memperoleh nilai E, sedang Malaysia dan Thailand memper oleh nilai A
Demikian juga di tingkat Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi di Indonesia yang paling top sekalipun belum memiliki syarat internasional. Sementara India sebagai negara yang digolomgkan miskin memiliki belasan Perguruan Tinggi yang diperhitungkan ditinagkat dunia dan lulusannya siap berkompetisi secara global.
Persoalan obat bius, peredaran dan penggunaan Narkoba telah mencapai tingkat yang amat serius. Indonesia bukan lagi kawasan transit, tempat persinggahan, tapi Indonesia kini salah satu dari negara produsen.

Potret kita sebagai bangsa kini semakin memprihatinkan ketika berbagai usaha untuk memecahbelah bangsa ini dengan mengkapling-kapling NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) menjadi negara-negara merdeka seperti : RMS, Papua Merdeka, Aceh Merdeka, dst nya, untuk bernasib seperti Rusia, terpecah-pecah.

John Pilger dalam bukunya yang berjudul “The New Rules of The World”, mengungkapkan dengan tandas sebagai plundered, sebagai perampokan massal, hal ini dilakukan sejak tahun 1967. Syukur alhamdulillah ummat Islam Indonesia merupakan garda depan mengawal NKRI menjaga dan memelihara keutuhannya. Namun NKRI hanya bisa kita pertahankan dengan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat lahir dan batin.

Selain memecah belah bangsa ini yang terus menerus mengalami keterpurukan ekonomi, politik bahkan moral, memang tidak terlepas dari global strategi kapitalisme global yang ingin memporakporandakan dunia Islam atau negeri-negeri muslim agar bertekuk lutut.

John Perkins, Konsultan bisnis Amerika Serikat memberikan pengakuan dalam bukunya : Confessions of Economic Hit man”, mengaku disewa oleh kekuatan kapitalisme global untuk merusak dan membuat ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi terjajah dan sangat tergantung pada tuannya yakni Kapitaalisme Global. Yang lebih mengejutkan lagi John Perkins mengakui memulai startnya dari Indonesia. Negara-negara yang digarap dikondisikan untuk menjadi negara yang dililit hutang, selanjutnya sumber alamnya dikuras.

Selain itu merajalelanya korupsi bagaikan kanker ganas merasuk keseluruh tubuh bangsa menjadikan bangsa ini nyaris bangkrut. Di tingkat global Indonesia (dalam hal korupsi) menduduki peringkat ke 5 dan ditingkat Asia peringkat ke I.

Sementara rakyat kecil tertatih-tatih mempertahankan hidup akibat kenaikan BBM yang luar biasa, sementara itu elit politik (anggota DPR/DPRD) dan para menteri menikmaati kenaikan tunjangan dan gaji ditengah-tengah rintihan kaum dhuafa.

Disaat sebagian terbesar dari bangsa ini sedang berada dilorong perjuangan para pengambil keputusan sudah berpesta. Dana pencabutan subsidi itu sebagian sudah ditelan. Mereka berpesta diatas mayat para korban pengantre dana kompensasi, berpesta diatas amayat orang miskin yang tercekik kenaikan harga BBM, berpesta diatas keringat para buruh yang gajinya tergerus oleh kemahalan barang, berpesta diatas keringat petani dan nelayan yang tak mamapu lagi membeli minyaka tanah dan alat-alat produksinya.
Karena itu, yang kita butuhkan adalah kepekaan nuraani, bukan kalkulasi rasional. Atau memang nurani elite kita sudah hilang ?
Bisa jadi nurani itu memang sudah lenyap digondol setan ketamakan.
Kita mendengar di radio, menyaksikan di televisi, dan membaca di koran. Para politisi ini itu berteriak bahwa mereka menolak kenaikan tunjangan. Mereka kaget. Namun saat rapat paripurna mereka diam. Jadi, mereka sedang membuktikan kebenaran postulaat “berbedanya hati, lidah dan otak” untuk kesuksesan berpolitik. Sedemikian kotorkah kehidupan politik kita ?

Akhirnya tibalah kami di akhir khutbah Idul Fithri ini dengan mengajak jama’ah sekalian di hari yang mulia ini, di hari yang penuh barakah ini, menundukkan hati kita masing-masing, mendekatkan diri di hadapannya Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, munajah dan berdo’a kepada-Nya Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.

Allahumma, Ya Allah, Tuhan kami

Kami yang berdo’a disini, di bumi-Mu yang subur dan indah ini, adalah hamba-hamba-Mu yang dha’if, hamba-hamba-Mu yang banyak berbuat khilaf dan dosa. Karenanya ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa kami, ampunilah juga yang Allah segala dosa orang-orang tua kami, dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminn dan mukminat di manapun mereka berada.

Ya Allah ya Tuhan kami betapa kami telah menzhalimi diri-diri ini. Nikmat-Mu alangkah besar, anugerah-Mu tak terkira, kami menghirup udara segar, kami meminum air-Mu penghapus dahaga ummat-Mu. Engkau karuniakan kami segala kenikmatan, segala kenikmatan namun terasa betapa kami tak pandai mensyukuri segala anugerah karunia-Mu itu.

Betapa tidak wahai Tuhan kami! Alangkah lemah semangat kami, alangkah beku hati kami, alangkah kelu lidah kami. Bagaikan tak berdaya membela agama-Mu, tak berdaya mengucapkan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil!

Ya Allah ya Tuhan kami, jangan engkau biarkan kami mengembara di tengah kegelapan dan kebathilan, tanpa petunjuk-Mu, jangan biarkan kami tersesat jalan tanpa bimbingan-Mu, jangan biarkan kami tenggelam dalam keserakahan, dalam ketamakan dunia, tanpa peringatan dari-Mu, jangan Engkau biarkan kami sendiri wahai Tuhan sekejap sekalipun!

Jadikanlah kami ummat yang pandai bersyukur ni’mah bukan ummat yang kufur ni’mah! Anugerah-Mu Ya Allah, alangkah besar, Indonesia yang permai, sumber alam yang kaya namun bangsa ini masih jauh dari sejahtera. Kembalikanlah ya Allah sifat-sifat amanah kepada pemimpin bangsa ini, keadilan, kejujuran, penegakan hukum dan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan.

Ya Allah ya Tuhan kami betapa semakin hari bangsa ini semakin jauh dari firman-firman-Mu. Ajarilah kami ya Allah ya Rabb akan makna sabda Rasul-Mu: Qul Amantu billah tsummastaqiem! Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian bersikaplah istiqamah! Sabda yang amat sangat singkat dari Rasul-Mu itu seolah semakin tidak kami mengerti. Bahkan mereka yang menyandang sebagai pemimpin-pemimpin ummat semakin tidak istiqamah dalam melangkah, ya Allah ya Rabb, terasa diantara kami semakin menjauhi ‘aqidah-Mu, merendah-rendahkan syari’at-Mu bahkan ada yang menolak diberlakukannya syari’at-Mu. Mereka berlindung dibalik hujjah buatan manusia bukan bersikap sami’na wa atha’na terhadap ayat-ayat Mu. Ya Allah ya Rabb Tuhan kami, ajarilah kami ya Allah untuk memahami makna kalimah Tauhid La ilaha illallah simpul syari’at-Mu. Sehingga kami mampu menegakkannya, teguh mempertahankannya, tegar membelanya dan ….mengakhiri hayat kami ya Allah, ya Rabb al a’lamin dalam pelukan kalimah tauhid: La ilaha illallah!

Ya Allah Tuhan kami, belum banyak amal yang bisa kami persembahkan kepada-Mu, tanda kami mencintai-Mu. Namun curahkan selalu kasih sayang-Mu, hidayah dan maghfirah-Mu agar kami selalu menebarkan kebaikan menebarkan rasa kasih rahmatan lil ‘alamien.

Ya Allah Tuhan kami, berilah hidayah kepada kaum Muslimin di seluruh dunia, di Palestina, di Iraq, di Afghanistan, Kashmir, di seluruh jagat ini, berikanlah hidayah kepada pemimpin-pemimpin kami, hilangkan benih-benih tafarruq, perpecahan, gantikanlah ia dengan ishlah, ukhuwwah, mahramah dan mahabbah!

Jadikanlah pertemuan kami di tempat ini pertemuan daru kalbu-kalbu yang rindu akan rahmat-Mu, pertemuan dari hati-hati yang ikhlas menjalankan Risalah-Mu, syari’at Mu, da’wah-Mu, Istiqamah di jalan-Mu Jadikan pula perpisahan kami dari tempat ini perpisahan yang Engkau pelihara dari rasa perpecahan. Hapuskanlah segala khilaf dan dosa diantara kami yang hadir.

Ya Allah ya Tuhan kami, di antara kami yang berkumpul ini banyak yang telah lanjut usia, generasi muda kami tumbuh di tengah kemelut budaya, peliharalah mereka generasi di belakang kami agar tumbuh menjadi zurriyah yang saleh yang mampu meneruskan jejak risalah Rasul-Mu Muhammad Saw.

Ya Allah ya Tuhan kami, akhirnya kami pun memohon kepada-Mu, terimalah amal ibadah kami, shalat kami, puasa kami, zakat kami, sujud dan ruku’ kami, tilawah dan shadaqah kami, tasbih, tahmid, tahlil, takbir kami, jadikanlah ia wahai Tuhan penebus dosa-dosa kami.Ya Rahman, ya Rahim, ya Mujibassailin, Engkau Maha Mengetahui, Engkau Maha Mengabulkan, Engkau Maha Mendengar. Kabulkanlah do’a dan permohonan kami.

Ya Arhamarrahimien Irhamna 3x
Walhamdulillahi Rabbil a’lamien.

Bentuk Tawassul Yang disyari’atkan


Kisah 3 Orang Yang Terkurung Di Gua (Bentuk Tawassul Yang disyari’atkan)

Bila melihat fenomena yang ada di masyarakat, kita banyak menemukan hal-hal yang sama sekali jauh dari ajaran Islam bahkan menjurus kepada perbuatan syirik tanpa disadari.

Hal ini tentunya diakibatkan kurangnya pemahaman yang benar tentang ajaran agama, terutama pondasi ‘aqidah yang sangat lemah sehingga ritual-ritual yang sebenarnya merupakan warisan animisme, dinamisme, Budhisme dan Hinduisme masih tetap dilakukan oleh sebagian masyarakat.

Diantara bentuk ritual tersebut, misalnya, mempersembahkan sesajenan kepada apa yang mereka sebut sebagai penguasa pantai selatan -yang lebih dikenal dengan nyi loro Kidul- dengan keyakinan bahwa hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari malapetaka dan kemarahannya, dimudahkan rizki dan sebagainya; mendatangi kuburan orang-orang shalih atau orang yang dijuluki sebagai wali, yang dianggap keramat dengan membawa tumbal atau sesajenan seperti ayam dan hidangan yang berupa lauk pauk, dan sebagainya. Mereka menganggap bahwa si penghuni kuburan yang wali dan dianggap keramat tersebut dapat memenuhi keinginan mereka, karenanya mereka memohon melalui mereka agar dapat memenuhi keinginan mereka dalam mendapatkan jodoh, menjadi kaya dan seterusnya. Dan banyak lagi ritual-ritual lain yang sebenarnya bernuansa syirik.

Anehnya, hal itu biasanya mengatasnamakan dien al-Islam dengan membuat nuansa Islami didalam perayaannya bahkan dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an. Sungguh, hal ini merupakan bentuk pelecehan terhadap ajaran Islam dan bagi pelakunya agar segera bertaubat kepada Allah Ta’ala. Apa yang mereka kira, bahwa hal itu merupakan bentuk tawassul adalah salah kaprah. Bila ingin bertawassul maka hendaknya sesuai dengan ketentuan syari’at sebab tawassul semacam itu dilarang dan akan menjerumuskan mereka ke dalam kesyirikan dan kesesatan.

Untuk itu, dalam kajian hadits kali ini, kami menjadikan tema utamanya seputar tawassul yang dianjurkan dan dibenarkan oleh syari’at melalui sebuah kisah yang terdapat dalam hadits yang shahih dan –kiranya- amat masyhur, disamping permasalahan lainnya yang dapat diambil pelajaran dari kisah tersebut.

Metode penjelasan melalui kisah seperti ini biasanya membuat pembaca atau pendengarnya lebih tertarik dan cepat meresap ke dalam sanubari, untuk kemudian ditindaklanjuti dalam kehidupan nyata.
Semoga bermanfa’at dan dapat menggugah hati kita semua.

Naskah Hadits

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallaahu 'anhuma, dia berkata: “aku mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:’ada tiga orang yang hidup sebelum kalian berangkat (ke suatu tempat) hingga mereka terpaksa harus berminap di sebuah gua, lalu memasukinya. Tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dari arah gunung lantas menutup rongga gua tersebut. Lalu mereka berkata:’sesungguhnya yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah dengan (cara) berdoa kepada Allah melalui perbuatan-perbuatan yang shalih’ (maksudnya: mereka memohon kepada Allah dengan menyebutkan perbuatan yang dianggap paling ikhlas diantara yang mereka lakukan-red). Salah seorang diantara mereka berkata:’Ya Allah! aku dulu mempunyai kedua orang tua yang sudah renta dan aku tidak berani memberikan jatah minum mereka kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku).

Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh dan sepulang dari itu aku mendapatkan keduanya telah tertidur, lantas aku memeras susu seukuran jatah minum keduanya, namun akupun mendapatkan keduanya tengah tertidur. Meskipun begitu, aku tidak berani memberikan jatah minum mereka tersebut kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Akhirnya, aku tetap menunggu (kapan) keduanya bangun -sementara wadahnya (tempat minuman) masih berada ditanganku- hingga fajar menyingsing. Barulah Keduanyapun bangun, lalu meminum jatah untuk mereka. ‘Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut sedikit merenggang namun mereka tidak dapat keluar (karena masih sempit-red)’ .

Nabi bersabda lagi: ‘ yang lainnya (orang kedua) berkata: ‘ya Allah! aku dulu mempunyai sepupu perempuan (anak perempuan paman). Dia termasuk orang yang amat aku kasihi, pernah aku menggodanya untuk berzina denganku tetapi dia menolak ajakanku hingga pada suatu tahun, dia mengalami masa paceklik, lalu mendatangiku dan aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia membiarkan apa yang terjadi antaraku dan dirinya ; diapun setuju hingga ketika aku sudah menaklukkannya, dia berkata:’tidak halal bagimu mencopot cincin ini kecuali dengan haknya’. Aku merasa tidak tega untuk melakukannya. Akhirnya, aku berpaling darinya (tidak mempedulikannya lagi-red) padahal dia adalah orang yang paling aku kasihi. Aku juga, telah membiarkan (tidak mempermasalahkan lagi) emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut merenggang lagi namun mereka tetap tidak dapat keluar (karena masih sempit-red)’ .

Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda lagi: ‘ kemudian orang ketigapun berkata: ‘Ya Allah! aku telah mengupah beberapa orang upahan, lalu aku berikan upah mereka, kecuali seorang lagi yang tidak mengambil haknya dan pergi (begitu saja). Kemudian upahnya tersebut, aku investasikan sehingga menghasilkan harta yang banyak. Selang beberapa waktu, diapun datang sembari berkata: “wahai ‘Abdullah! Berikan upahku!. Aku menjawab:’onta, sapi, kambing dan budak; semua yang engkau lihat itu adalah upahmu’. Dia berkata :’wahai ‘Abdullah! jangan mengejekku!’. Aku menjawab: “sungguh, aku tidak mengejekmu’. Lalu dia mengambil semuanya dan memboyongnya sehingga tidak menyisakan sesuatupun. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Batu besar tersebut merenggang lagi sehingga merekapun dapat keluar untuk melanjutkan perjalanan’. (Muttafaqun ‘alaih)

Seputar Perawi Hadits
Beliau adalah seorang shahabat agung, Abu ‘Abdirrahman, ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab bin Nufail, berasal dari suku Quraisy dan al-‘Adawiy.

Beliau juga seorang yang lama berdiam di Mekkah sehingga dinisbatkan kepadanya “al-Makkiy”. Demikian pula, beliau lama tinggal di Madinah setelah di Mekkah, sehingga dinisbatkan kepadanya “al-Madaniy”.

Beliau adalah seorang Imam panutan, masuk Islam saat masih kecil dan berhijrah bersama ayahnya saat belum berusia baligh. Pada perang Uhud, beliau tidak ikutserta karena masih kecil sehingga peperangan pertama yang diikutinya adalah perang Khandaq (perang Ahzâb). Beliau termasuk orang yang membai’at di bawah pohon.

Beliau banyak mewarisi ilmu dari Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam dan para al-Khulafaur Rasyidun. Wafat pada tahun 73 H.

Penjelasan Kebahasaan
  • Ungkapan: “inthalaqa tsalâtsatu rahthin min man kâ na qablakum” (’ada tiga orang yang hidup sebelum kalian) yakni tiga orang yang berasal dari Bani Israil.
     
  • Ungkapan : “Rahthun” (orang) ; digunakan untuk jumlah dibawah sepuluh orang.
     
  • Ungkapan : “an tad-‘ullâha bi shâlihi a’mâlikum” (dengan cara berdoa kepada Allah melalui perbuatan-perbuatan yang shalih), yakni bertawassul-lah kepada Allah Ta’ala dan berdoa-lah kepadaNya dengan perantaraan perbuatan-perbuatan yang shalih yang kalian lakukan.
     
  • Ungkapan : “Lâ uhillu laka an tafudldla al-Khâtim illâ bihaqqihi” (’tidak halal bagimu mencopot cincin ini kecuali dengan haknya’), yakni bahwa dia (sepupu perempuannya) memintanya agar tidak menyetubuhinya kecuali dengan cara yang sesuai dengan aturan syara’.
Pelajaran-Pelajaran Yang Dapat Dipetik

Hadits panjang diatas mengandung banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik, diantaranya:
  • Mengambil pelajaran dan wejangan dari kisah-kisah umat terdahulu
    Seorang Muslim patut mempelajari dan merenunginya sehingga dapat bermanfa’at bagi kehidupannya. Bukankah Allah Ta’ala telah mengisahkan banyak sekali kisah-kisah umat-umat terdahulu, terutama para utusan Allah, kepada kita?. Semua itu, tentunya agar generasi selanjutnya dapat memetik pelajaran dari mereka. Dalam hal ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q,.s.12/Yûsuf: 111)
     
  • Al-Uslûb al-Qashshiy (gaya bahasa yang menggunakan kisah/cerita) dapat membuat pendengar dan pembaca ketagihan untuk mendengar atau membacanya, penuh antusias dan langsung meresponsnya dalam tindakan nyata Oleh karena itulah, Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam senantiasa dari waktu ke waktu menggunakan metode ini ketika memberikan nasehat kepada para shahabatnya.Seorang penuntut ilmu perlu juga melakukan metode seperti ini saat menyampaikan kajiannya kepada para pesertanya bilamana dia mendapatkan momen yang tepat untuk itu sebab metode seperti ini memiliki implikasi positif terhadap pemikiran dan akhlaq mereka.
  • Pentingnya ‘aqidah yang benar dan tauhid yang bersih dari noda syirik
    Diantara amalan yang paling agung yang dapat menyelamatkan pelakunya dari bencana yang menimpanya di dunia dan (dari) ‘azab di akhirat adalah ‘aqidah yang benar dan tauhid yang bersih dari noda-noda syirik. Hal ini tampak dari kisah ketiga orang yang terkurung di dalam gua diatas dimana mereka bersepakat untuk bertawassul kepada Allah Ta’ala melalui amalan-amalan mereka yang mereka anggap paling afdlal dan telah dilakukan dengan seikhlash-ikhlashnya. Ternyata, begitu cepat mereka merasakan hasilnya di dunia.  
  • Tawassul dengan perbuatan-perbuatan yang shalih
Kisah didalam hadits diantas menunjukkan bahwa bertawassul kepada Allah Ta’ala dengan perbuatan-perbuatan yang shalih yang semata-mata mengharap ridla Allah Ta’ala adalah disyari’atkan. Sedangkan bertawassul dengan selain itu, seperti dengan pepohonan, kuburan, para wali dengan memohon kepada mereka sesuatu yang tidak patut kecuali kepada Allah, merupakan syirik yang paling besar yang mengeluarkan pelakunya dari dien Islam. Hal ini didukung oleh firman-firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu…”. (Q,.s. 7/al-A’râf:194)
Dan firman Allah Ta’ala: “Katakanlah:"Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya, [22]. Dan tiadalah berguna syafat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu…”.[23] (Q,.s. 34/as-Saba’:23)

  • Urgensi doa
Doa merupakan suatu ibadah dan salah satu bentuk taqarrub yang paling afdlal yang harus dilakukan oleh seorang Mukmin terhadap Rabbnya. Ia juga mengandung makna perlindungan seorang hamba kepada Rabbnya dan bagaimana dia merasakan betapa faqir, hinadina serta lemahnya kekuatan yang ada pada dirinya. Dalam hal ini, ketiga orang tersebut berlindung kepada Allah Ta’ala dan memohon agar Dia Ta’ala menyelamatkan mereka dari kondisi yang tengah mereka alami melalui doa dan tawassul mereka kepadaNya. Allah berfirman: “Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Q,.s.40/Ghâfir:60)
Dan firmanNya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q,.s. 2/al-Baqarah:186)

  • Berbakti kepada kedua orangtua
Hadits diatas juga menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orangtua (birr al-Wâlidain), patuh, melakukan kewajiban terhadap hak-hak keduanya dan mengabdikan diri serta menanggung segala kesulitan dan derita demi keduanya. Diantaranya hak-hak keduanya adalah: melakukan perintah keduanya selama bukan dalam berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala, melayani, membantu dalam bentuk fisik dan materil, berbicara dengan ucapan yang lembut, tidak durhaka serta selalu berdoa untuk keduanya.
Memperbanyak doa untuk keduanya, bersedekah jariyah atas nama keduanya, melaksanakan wasiat, menyambung rahim serta memuliakan rekan-rekan keduanya. Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, [23]. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:"Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".[24] (Q,.s. 17/al-Isra’: 23-24)

  • Berbakti kepada kedua orangtua merupakan sebab terhindarnya dari kesulitan-kesulitan di dunia dan keselamatan dari ‘azab akhirat Dalam kisah diatas, salah seorang dari mereka, bertawassul kepada Allah melalui perbuatannya yang dianggap paling afdlal dan ikhlas dilakukannya, yaitu berbakti kepada kedua orangtuanya sehingga hal menjadi sebab merenggang dan terbukanya rongga gua dari batu besar yang menutupnya.
    Abu Darda’ radhiallaahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: “orangtua merupakan pintu pertengahan di surga; jika kamu menginginkannya, maka jagalah ia atau bila (tidak) maka sia-siakanlah “.
    Sebagaimana, berbakti kepada kedua orangtua juga merupakan sebab masuk surga, sementara durhaka kepada keduanya merupakan sebab mendapatkan ‘azab di dunia dan akhirat. Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda:”Ada tiga orang yang tidak dapat masuk surga: ‘seorang yang durhaka kepada kedua orangtuanya; orang yang menyetujui terjadinya zina terhadap keluarganya serta wanita yang kelelakian (yang menyerupai laki-laki)”.
     
  • Perhatian Islam terhadap kebersihan fisik dan kesucian maknawi
Diantara hal-hal yang sangat diperhatikan oleh Islam, dianjurkan serta berdampak positif terhadap kehidupan manusia setelah mati adalah kebersihan fisik dan kesucian maknawi. Lahiriah seorang Muslim menyingkapkan sisi batiniah dari dirinya. Contohnya dalam kisah ketiga orang diatas; salah seorang diantara mereka tidak jadi melakukan perbuatan keji dan tak senonoh begitu si wanita, yang merupakan sepupunya sekaligus orang yang paling dikasihinya, mengingatkannya akan Rabbnya dan bahwa perbuatan tersebut tidak dilarang. Karena sikapnya yang dapat menjaga dirinya tersebut, dia akhirnya mendapatkan balasan yang baik di dunia, yaitu dengan merenggang dan terbukanya rongga gua dari batu besar yang menutupnya. Sungguh, apa yang berasal dari sisi Allah adalah lebih baik dan abadi.
 
  • Kriteria Mukmin sejati
Seorang Mukmin sejati adalah orang yang selalu menghindari dirinya dari perbuatan keji dan mungkar, tidak mendekati perbuatan maksiat dan dosa serta senantiasa berkeinginan kuat agar dapat menjumpai Allah nantinya dalam kondisi tersebut.
  • Urgensi amanah
Amanah merupakan sesuatu yang agung dan bernilai tinggi di sisi Allah Ta’ala, demikian pula di sisi manusia. Mengingat urgensinya, Allah Ta’ala menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, akan tetapi kemudian amanah tersebut dipikul oleh manusia yang lemah. Bila mengembannya dengan baik, maka akan mendapatkan ganjarannya di dunia dan akhirat, tetapi sebaliknya, bila lalai dan tidak melaksanakannya maka akan menjadi bumerang baginya. Diantara bentuk amanah adalah:
Mentauhidkan Allah ‘Azza Wa Jalla Melakukan perbuatan-perbuatan shalih secara umum Melakukan hak-hak yang terkait dengan orang lain secara umum, dan titipan-titipan, jaminan-jaminan serta hak-hak yang terkait dengan masalah keuangan (menepati dan melunasi sesuai dengan ‘aqad) secara khusus.
  • Urgensi amal shalih
Amal shalih dengan berbagai jenisnya merupakan sebab berhasilnya seseorang keluar dari rintangan-rintangan serta kesulitan-kesulitan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini, Allah berfirman: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar, [2]. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. [3] (Q,.s.65/at-Thalâq: 2-3)

Jumat, 03 Agustus 2012

lailatul qadar


Lailatul Qadar

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4) سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr: 1-5).
            Lailatul Qadar disebut “qadar” yang artinya ketentuan, keputusan atau takdir. Karena pada malam itu ditentukan segala urusan, hukum-hukum, ketentuan rezeki dan waktu kematian. Dan Allah Ta’ala menentukan kejadian-kejadian bagi setiap hamba, kaum atau bangsa pada setiap masa dan tempat. Pada malam itu diputuskan semua ketentuan Allah terhadap makhluk-Nya dari tahun tersebut hingga tahun yang akan datang.
            Disebutkan dalam kitab Misykatul Anwar, bahwa setelah semua urusan ditetapkan maka kemudian dikumpulkan menurut daftarnya masing-masing. Daftar rahmat dan siksa diberikan kepada Malaikat Jibril; daftar tumbuh-tumbuhan dan rizki diberikan kepada Malaikat Mika’il; daftar hujan dan angin diserahkan kepada Malaikat Israfil; daftar ajal atau pencabutan ruh diserahkan kepada Malaikat Izra’il, dan begitulah seterusnya. Sebagaimana firman Allah:
فِيْمَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ
Artinya: “Di dalamnya dipisah-pisahkan (dibagi-bagikan) tiap-tiap perkara yang pasti”.
            Ada juga yang menyebutkan bahwa arti qadar” adalah sempit. Karena bumi menjadi sempit pada malam itu sebab banyaknya malaikat yang turun. Para Malaikat yang dipimpin oleh Jibril diturunkan ke bumi untuk mengatur segala urusan yang telah diputuskan oleh Allah Ta’ala. Selain itu, menurut riwayat Imam Bukhari, Allah mengizinkan para malaikat turun ke bumi untuk membuktikan bahwa meskipun banyak hamba-hamba  Allah yang lalai, tetapi masih ada orang-orang yang istiqamah dan sabar dalam mengingat Allah. Malaikat akan terkagum-kagum terhadap mereka, sehingga mereka bershalawat, mengharapkan berkah dan ampunan bagi orang-orang yang beriman.
            Allah Ta’ala mengutus Malaikat Jibril untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW. Jibril menyampaikan surat dari Allah untuk Nabi SAW, yakni surat Al-Qadr. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku menurunkan Lailatul Qadar yang lebih baik dibanding seribu bulan”. Allah Ta’ala berfirman lagi: “Hai Muhammad, telah Aku berikan kepadamu dan kepada umatmu akan Lailatul Qadar; apabila ada yang beribadah pada malam itu maka lebih baik daripada beribadah selama tujuh puluh ribu bulan”.
            Disebutkan pula, bahwa sebab turunnya surat Al-Qadr adalah ketika telah dekat saatnya Nabi SAW akan berpisah dengan umatnya. Nabi SAW bersedih lalu berujar: “Kalau saya meninggal dunia, maka siapakah yang menyampaikan salam (keselamatan) dari Allah untuk umat saya”. Kemudian Allah Ta’ala menjawabnya, bahwa telah diturunkan para Malikat dan Jibril untuk menyampaikan salam (rahmat) dan berita gembira kepada umat Nabi Muhammad SAW. Hal ini berlaku selamanya pada setiap masa dan tempat.
Beribadah Pada Malam Lailatul Qadr
كَانَ النَّبِىُّ ص يَجْتَهِدُ فِى عَشْرِ اْلاَ خِيْرِ مَالاَ يَجْتَهِدُفِى غَيْرِهِ كَانَ النَّبِىُ ص يَخُصُّ الْعَشْرَ اْلاَوَاخِرَ فِى رَمَضَانَ بِاْلاَعْمَالِ لاَ يَعْلَمُهَا فِى بَقِيَّةِ الشَّهْرِ
Artinya: “Adalah Nabi SAW. Lebih bersemangat dalam beribadah pada sepuluh hari yang terakhir dengan ibadah yang belum pernah dikerjakan dengan sangat sungguh-sungguh di bulan lain, beliau menkhususkan sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan dengan amal perbuatan ibadah yang tidak dikerjakan pada bulan yang lain”. (HR. Muslim).
            Pintu-pintu langit dibuka pada malam Lailatul-Qadar. Apabila ada hamba yang mengerjakan shalat pada malam itu, maka dari tiap-tiap takbirnya, Allah akan  menumbuhkan satu pohon di surga. Dari setiap rekaat shalatnya, Allah akan membangunkan istana di surga yang terbuat dari mutiara, batu permata merah, batu permata hijau dan berlian. Dari setiap bacaan yang dibacanya dalam shalat akan diberikan mahkota di surga. Dan dengan tiap-tiap duduknya, maka akan diangkat derajatnya di surga. Dan dari tiap-tiap salamnya akan diberikan perhiasan gemerlap disurga (Zubdatul Wa’idzin).
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Adalah Rasulullah SAW, beri`tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan sehingga wafat. Kemudian istrinya beri`tikaf setelah beliau meninggal dunia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam hadits yang lain disebutkan, “Barang siapa yang beri`tikaf pada malam Lailatul Qadar dengan keimanan dan semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah, maka akan diampuni segala dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang” (HR. Ad-Dailami).
Kapan Terjadinya Lailatul-Qadar?
Para sahabat termasuk para ulama banyak berbeda pendapat tentang kapan terjadinya malam Lailatul-Qadar. Namun sebagai gambaran umum dapat diambil dari hadits Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh hari yang terakhir, karena sesungguhnya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam yang ganjil, malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, atau pada akhir malam bulan ramadhan. Maka barang siapa yang mengisi malam tersebut dengan beberapa ibadah dengan disertai keimanan dan bertujuan mencari ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang” (HR. Ath-Thabrani).
Apa Ciri-ciri Lailatul Qadar?
                Ada banyak sekali ciri-ciri atau tanda-tanda khusus malam Lailatul Qadar, yang setiap orang menjumpainya dengan ciri-ciri dan keajaiban yang berbeda-beda. Namun berdasarkan hadis Nabi SAW, ada beberapa ciri atau tanda-tanda yang bersifat umum dari malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam yang terang benderang, tidak seberapa panas, tidak seberapa dingin, tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak berangin kencang, tidak ada bintang yang dilemparkan (meteor). Sebagian tandanya adalah pada siang harinya matahari tidak bersinar terang” (HR. Ath-Thabrani).
Do’a
Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mendapati malam Lailatul Qadar?, Apakah kiranya yang harus aku baca?, Nabi SAW menjawab, “bacalah:
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya: “Wahai Allah, sesungguhnya Enkau Maha Pema’af, mencintai kema’afan, maka maafkanlah (seluruh kesalahan) ku” (HR. An-Nasa’i)


lailatul qadar


Lailatul Qadar

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4) سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr: 1-5).
            Lailatul Qadar disebut “qadar” yang artinya ketentuan, keputusan atau takdir. Karena pada malam itu ditentukan segala urusan, hukum-hukum, ketentuan rezeki dan waktu kematian. Dan Allah Ta’ala menentukan kejadian-kejadian bagi setiap hamba, kaum atau bangsa pada setiap masa dan tempat. Pada malam itu diputuskan semua ketentuan Allah terhadap makhluk-Nya dari tahun tersebut hingga tahun yang akan datang.
            Disebutkan dalam kitab Misykatul Anwar, bahwa setelah semua urusan ditetapkan maka kemudian dikumpulkan menurut daftarnya masing-masing. Daftar rahmat dan siksa diberikan kepada Malaikat Jibril; daftar tumbuh-tumbuhan dan rizki diberikan kepada Malaikat Mika’il; daftar hujan dan angin diserahkan kepada Malaikat Israfil; daftar ajal atau pencabutan ruh diserahkan kepada Malaikat Izra’il, dan begitulah seterusnya. Sebagaimana firman Allah:
فِيْمَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ
Artinya: “Di dalamnya dipisah-pisahkan (dibagi-bagikan) tiap-tiap perkara yang pasti”.
            Ada juga yang menyebutkan bahwa arti qadar” adalah sempit. Karena bumi menjadi sempit pada malam itu sebab banyaknya malaikat yang turun. Para Malaikat yang dipimpin oleh Jibril diturunkan ke bumi untuk mengatur segala urusan yang telah diputuskan oleh Allah Ta’ala. Selain itu, menurut riwayat Imam Bukhari, Allah mengizinkan para malaikat turun ke bumi untuk membuktikan bahwa meskipun banyak hamba-hamba  Allah yang lalai, tetapi masih ada orang-orang yang istiqamah dan sabar dalam mengingat Allah. Malaikat akan terkagum-kagum terhadap mereka, sehingga mereka bershalawat, mengharapkan berkah dan ampunan bagi orang-orang yang beriman.
            Allah Ta’ala mengutus Malaikat Jibril untuk menjumpai Nabi Muhammad SAW. Jibril menyampaikan surat dari Allah untuk Nabi SAW, yakni surat Al-Qadr. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku menurunkan Lailatul Qadar yang lebih baik dibanding seribu bulan”. Allah Ta’ala berfirman lagi: “Hai Muhammad, telah Aku berikan kepadamu dan kepada umatmu akan Lailatul Qadar; apabila ada yang beribadah pada malam itu maka lebih baik daripada beribadah selama tujuh puluh ribu bulan”.
            Disebutkan pula, bahwa sebab turunnya surat Al-Qadr adalah ketika telah dekat saatnya Nabi SAW akan berpisah dengan umatnya. Nabi SAW bersedih lalu berujar: “Kalau saya meninggal dunia, maka siapakah yang menyampaikan salam (keselamatan) dari Allah untuk umat saya”. Kemudian Allah Ta’ala menjawabnya, bahwa telah diturunkan para Malikat dan Jibril untuk menyampaikan salam (rahmat) dan berita gembira kepada umat Nabi Muhammad SAW. Hal ini berlaku selamanya pada setiap masa dan tempat.
Beribadah Pada Malam Lailatul Qadr
كَانَ النَّبِىُّ ص يَجْتَهِدُ فِى عَشْرِ اْلاَ خِيْرِ مَالاَ يَجْتَهِدُفِى غَيْرِهِ كَانَ النَّبِىُ ص يَخُصُّ الْعَشْرَ اْلاَوَاخِرَ فِى رَمَضَانَ بِاْلاَعْمَالِ لاَ يَعْلَمُهَا فِى بَقِيَّةِ الشَّهْرِ
Artinya: “Adalah Nabi SAW. Lebih bersemangat dalam beribadah pada sepuluh hari yang terakhir dengan ibadah yang belum pernah dikerjakan dengan sangat sungguh-sungguh di bulan lain, beliau menkhususkan sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan dengan amal perbuatan ibadah yang tidak dikerjakan pada bulan yang lain”. (HR. Muslim).
            Pintu-pintu langit dibuka pada malam Lailatul-Qadar. Apabila ada hamba yang mengerjakan shalat pada malam itu, maka dari tiap-tiap takbirnya, Allah akan  menumbuhkan satu pohon di surga. Dari setiap rekaat shalatnya, Allah akan membangunkan istana di surga yang terbuat dari mutiara, batu permata merah, batu permata hijau dan berlian. Dari setiap bacaan yang dibacanya dalam shalat akan diberikan mahkota di surga. Dan dengan tiap-tiap duduknya, maka akan diangkat derajatnya di surga. Dan dari tiap-tiap salamnya akan diberikan perhiasan gemerlap disurga (Zubdatul Wa’idzin).
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Adalah Rasulullah SAW, beri`tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan ramadhan sehingga wafat. Kemudian istrinya beri`tikaf setelah beliau meninggal dunia” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam hadits yang lain disebutkan, “Barang siapa yang beri`tikaf pada malam Lailatul Qadar dengan keimanan dan semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah, maka akan diampuni segala dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang” (HR. Ad-Dailami).
Kapan Terjadinya Lailatul-Qadar?
Para sahabat termasuk para ulama banyak berbeda pendapat tentang kapan terjadinya malam Lailatul-Qadar. Namun sebagai gambaran umum dapat diambil dari hadits Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh hari yang terakhir, karena sesungguhnya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam yang ganjil, malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, atau pada akhir malam bulan ramadhan. Maka barang siapa yang mengisi malam tersebut dengan beberapa ibadah dengan disertai keimanan dan bertujuan mencari ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang” (HR. Ath-Thabrani).
Apa Ciri-ciri Lailatul Qadar?
                Ada banyak sekali ciri-ciri atau tanda-tanda khusus malam Lailatul Qadar, yang setiap orang menjumpainya dengan ciri-ciri dan keajaiban yang berbeda-beda. Namun berdasarkan hadis Nabi SAW, ada beberapa ciri atau tanda-tanda yang bersifat umum dari malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam yang terang benderang, tidak seberapa panas, tidak seberapa dingin, tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak berangin kencang, tidak ada bintang yang dilemparkan (meteor). Sebagian tandanya adalah pada siang harinya matahari tidak bersinar terang” (HR. Ath-Thabrani).
Do’a
Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mendapati malam Lailatul Qadar?, Apakah kiranya yang harus aku baca?, Nabi SAW menjawab, “bacalah:
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Artinya: “Wahai Allah, sesungguhnya Enkau Maha Pema’af, mencintai kema’afan, maka maafkanlah (seluruh kesalahan) ku” (HR. An-Nasa’i)